Thursday, February 7, 2008

KISAH RASULLAH MENGHADAPI MAUT YANG PENUH DGN PENGAJARAN DAN IKTIBAR

Anjuran : Setiap kali kita membaca nama RasuluLlah, maka bacalah selawat
dan salam kepada Baginda, agar kita tidak menjadi orang yang bakhil
sepertimana yang disabdakan.

Subhanallah....

Detik-detik Rasulullah SoLlahu 'alaihi Wasallam Menghadapi Sakaratul
Maut Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang >
dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit
telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah, "Wahai
umatku! kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka
taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al
Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai
aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga
bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata
Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.

Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun
menahan nafas dan tangisnya.Usman menghela nafas panjang dan Ali
menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya
sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati semua
sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan
tugasnya di dunia.

Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas
menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari
mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana
pasti akan menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang
di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang
berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak
mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam" kata Fatimah
yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani
ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
"Siapakah itu wahai anakku?"

"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah
anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang
menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama
menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap
di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril! jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah
dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu" kata Jibril. Tapi itu
ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.

"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah! Aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada di dalamnya" kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang.

"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengadu.

Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan
Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya
Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal?!" kata
Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak
tertahankan lagi. "Ya Allah! Dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua
siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku :(" Badan Rasulullah mulai
dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar
seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan
peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali
mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummatii, ummatii, ummatiii!!" - "Umatku, umatku, umatku!!" Dan,
berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah
kita mencintai sepertinya?

Allahumma sholli 'ala Saiyidina wa Syafi'ina wa Habibina wa Dzukhrina wa
Maulana Muhammad wa 'ala alihi wa sohbihi wa Barik wa Sallim fi kulli
lahzhatin abadan, 'adada khalqihi wa ridha nafsihi wa zinata 'arsyihi wa
midada kalimatihi.
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-sahabat
muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya,
seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita. Kerana sesungguhnya selain
daripada itu hanyalah fana belaka.

Ekspresi.....
Umat RasuluLlah yang sangat- sangat mengharapkan syafaat RasuluLlah
SollaLlahu 'alaihi wa sallam.

0 comments: